Masjid Dalam Perjalanan Sejarah Islam
Dalam perjalanan sejarah Islam, Masjid telah tercatat kali pertama
dibangun adalah Masjidil Haram yang didirikan oleh Nabi Ibrahim AS beserta
puteranya Nabi Ismail AS, sebagaimana tercatat dalam Al-Qur’an Surah Al-Baqarah
ayat 127.
Masjidil Haram |
Yang artinya:
“Dan ingatlah ketika Ibrahim meninggikan dasar-dasar
bangunan Baitullah bersama Ismail seraya berdoa, “Ya Tuhan kami terimalah amal
kami, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar dan Maha Mengetahui”.
Selanjutnya 40
Tahun kemudian, masjid kedua yang dibangun adalah Masjidil Aqsha di Palestina
yang didirikan oleh Nabi Yakub AS, yaitu cucu dari Nabi Ibrahim.
Sebagai masjid pertama, Masjidil Haram memiliki keutamaan
dibandingkan masjid-masjid yang lain, yakni:
- Masjidil Haram berada di tanah haram (suci)
- Setelah tahun ke-8 Hijriyah, orang kafir dan musyrik tidak diperbolehkan masuk ke Masjidil Haram
- Menjadi tempat Rasulullah SAW memulai perjalanan Isra dan Mi’raj nya
- Shalat di Masjidil Haram mendapatkan pahala 100.000 kali daripada shalat di masjid yang lain.
Fungsi Masjid di Masa Rasulallah SAW
Masjid dalam perjalanan sejarah Islam, pertama yang didirikan Nabi Muhammad SAW bernama Masjid
Quba yang terletak di Desa Quba. Jaraknya lebih kurang 5 km dari Kota Madinah.
Pada saat itu, Rasulullah SAW hendak hijrah ke Kota Madinah, di pertengahan
jalan Beliau singgah di Desa Quba selama empat hari dan menempati rumah Kulsum
bin Hadam dari Kabilah Amir bin Auf.
Di tanah miliknya pulalah, Nabi SAW
mendirikan Masjid Quba. Untuk peletakkan batu pertamanya dilakukan oleh Nabi
Muhammad SAW sendiri kemudian diteruskan oleh para Sahabat, seperti Abu Bakar,
Umar, Usman, dan selanjutnya dikerjakan oleh para Sahabat Muhajirin dan Anshar
hingga selesai. Bahkan penentuan petunjuk arah kiblatnya, dibantu oleh Malaikat
Jibril. Di masjid inilah diajarkan shalat berjamaah secara terang-terangan.
Setelah itu Rasulallah SAW melanjutkan perjalanan. Sesampainya
di Kota Madinah, Kaum Anshar telah menyambutnya dengan hangat dan penuh suka
cita. Mereka saling menawarkan rumah untuk tempat beristirahat.
Namun, Nabi SAW
menjawab dengan bijaksana “Biarkanlah unta ini berjalan karena ia diperintah
Allah”. Hingga akhirnya unta berhenti di tanah milik kedua anak yatim bernama
Sahal dan Suhai. Sementara Beliau tinggal di rumah Abu Ayub al-Ansari.
Disana, Rasulallah SAW tinggal hingga berbulan-bulan. Beliau
bersama para sahabat dan masyarakat sekitar membangun sebuah Masjid yang diberi
nama Masjid Nabawi. Lahan tanah masjid tersebut dibeli oleh Abu Bakar as Siddiq
ra dari kedua anak yatim tersebut yaitu Sahal dan Suhai. Sedangkan sebagiannya lagi milik As’ad
bin Zurrah yang diserahkan sebagai wakaf.
Pembangunan masjid tersebut dilaksanakan bergotong royong
dengan semangat kebersamaan seluruh masyarakat Madinah hingga selesai. Pagarnya
dibuat dari batu tanah setinggi 2 m, tiang-tiangnya dari batang kurma, atapnya
dari pelepah kurma dan halamannya ditutup dengan batu-batu kecil dengan kiblatnya
menghadap ke Baitul Makdist karena ketika itu perintah Allah untuk menghadap Ka’bah
belum turun.
Masjid Pertama yang Difungsikan Untuk Ibadah dan Muamalah
Masjid inilah yang merupakan masjid pertama yang difungsikan
Nabi SAW dalam melaksanakan ibadah ritual (mahdah) dan ibadah sosial kemasyarakatan
(muammallah). Sehingga masjid tersebut menjadi pusat kegiatan dalam
memberdayakan kehidupan umat dalam membangun peradaban yang maju bagi
kesejahteraan masyarakat.
Baca juga :
Keutamaan dan kedudukan masjid
Masjid yang terkenal selanjutnya adalah Masjid Qiblataen.
Masjid tersebut pada awal mulanya dikenal dengan nama Masjid Bani Salamah. Pada
permulaan Islam, umat Muslim melaksanakan shalat dengan menghadap kiblat ke arah Baitul Makdist, Yerusalem di Palestina.
Namun, peristiwa terkenalnya Masjid
Qiblataen ini adalah pada saat tahun ke-2 Hijriyah tepatnya Hari Senin Bulan
Rajab disaat Rasulallah sedang melaksanakan shalat Dzuhur, tiba-tiba turunlah
wahyu berupa surah Al-Baqarah ayat 144.
Dalam shalat tersebut mula-mula
Rasulallah SAW menghadap ke arah Masjidil Aqsha, tetapi setelah turun ayat
tersebut Beliau menghentikan sementara kemudian meneruskan shalat dengan memindahkan
arah kiblat menghadap Masjidil Haram. Dengan terjadinya peristiwa tersebut maka
akhirnya masjid ini diberi nama Masjid Qiblataen yang berarti masjid berkiblat
dua.
Post a Comment
Mohon berikan komentar dengan bahasa yang santun sesuai dengan topik yang dibahas, tidak memasang link hidup, dan tidak meninggalkan spam!.
Terimakasih banyak atas perhatiannya.