Apalah Arti Sebuah Nama?
“What’s in a name? That which we call arose by any other name would smell as sweet.” (Apalah artinya sebuah nama? Kalaupun memberi nama lain pada bunga Mawar,
tetap saja harum baunya) ---WilliamShakespeare---
Apalah Arti Sebuah Nama? |
Sementara
dalam memberikan nama anak, ada pedoman yang dimuat dalam Al-Hadits. Diriwayatkan
oleh Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda “Sesungguhnya ada tiga kewajiban orang tua untuk anaknya yaitu memberi nama
yang baik, memberi pendidikan dan menikahkan ketika dewasa”.
Dalam hadits
riwayat Abu Dawud, Rasulallah SAW pernah mengubah nama-nama yang kurang baik,
seperti : nama “Ashiyah” (bermakna suka maksiat) diganti dengan nama “Jamilah”
(berarti cantik). Begitu pula nama “Harb” (perang) diganti dengan nama “Salman”
(damai), “Syi’bul Dhalalah” (jalan sesat) dengan nama “Banu Rusydi” (petunjuk).
Untuk
memberi nama anak tidak asal nama saja, sebab pada nama anak melekat do’a orang
tua bagi anaknya. Berdasarkan pedoman Islam, nama anak yang baik dapat
mencontoh kepada nama-nama Allah dalam “Asma’ul Husna” yang terdiri dari 99
nama, kemudian nama Baginda Rasulallah Muhammad SAW, para Nabi dan Sahabat.
Nama-nama
anak sedapat mungkin merupakan nama yang baik. Jangan sampai terjebak asal
bahasa Arab saja. Kata-kata “dolimun”, “kafirun” atau “parji” meskipun berasal
dari Al-Qur’an tetapi tidak cocok untuk dijadikan nama anak.
Dalam
penggunaan nama-nama orang sunda, ada nama yang cocok digunakan untuk kaum
laki-laki saja atau wanita saja, seperti : Maman, Wawan, Yana, Asep dsb (untuk
laki-laki) dan Mimin, Wiwin, Yeni, Euis dsb (wanita).
Dalam bahasa Arab pun
demikian, Nama “Hasan” (laki-laki) diubah menjadi “Hasanah” (wanita); “Jamal”
(laki-laki) – “Jamilah” (wanita) atau “Jaka” (laki-laki) – Zakiah/Azkiah
(wanita). Adapula nama yang bisa digunakan lintas gendre, yaitu Ade, Dede,
Cucu, Yani, Dani, Ayi, dsb (laki-laki/wanita).
Nama Tradisional
David
Reeve, seorang guru besar di Department of Chinese and Indonesia, School of
Modern Language, University of New South Wales, Sydney, Australia dalam seminar
internasional II di kampus UNSUR (Universitas Surakencana) Cianjur
menginventarisir nama-nama tradisional pada setiap suku bangsa di Indonesia.
Berdasarkan
penelitiannya, nama-nama suku Bali biasa diurutkan mulai dari putra sulung
menggunakan nama Made, Kadek (anak kedua); Nyoman, Komang (anak ketiga) dan
Ketut (anak keempat). Anak kelima kembali lagi pada nomor satu, begitupula anak
ke sembilan.
Jika berdasarkan kasta, maka nama-nama itu dapat dibedakan
berdasarkan asal kastanya, seperti : Ida Bagus (Brahmana), Cokorda, Anak Agung
(Satria), Gusti (Wesia), I atau Ni (Sudra).
Nama-nama
dikalangan suku Batak populer adalah nama belakangnya sebagai nama keluarga
yang disebut marga. Nama marga suku Batak terkenal: Hutabarat, Hutagalung,
Hutapea, Silitonga, Simanungkalit, Tampubolon dan sebagainya, sedangkan nama
yang umum dipakai didepan adalah Poltak, Butet atau Polan.
Di
zaman Orde Baru, masalah nama pernah menjadi masalah politik. Nama-nama etnis
Tionghoa diwaktu itu dengan alasan politis banyak di-indonesiakan seperti: Liem
menjadi Salim atau Halim, Gunawan dari (Goei), Kuncoro (Kun), Ongkowijoyo (Ong,
Oei) atau Tanuwijaya (Tan).
Prof.
Reeve mengelompokan nama-nama etnis Jawa yang memiliki format khusus seperti:
Su…(o), seperti: Sukarno, Sutrisno, Sudomo, Surono, Sugiharto. Pada masyarakat
jawa dikenal dengan tradisi mengurutkan nama-nama anaknya seperti:
- Eko (anak pertama), contohnya Ekowati, Eko Sumarwan;
- Dwi (anak kedua) contohnya: Dwijo Suranto, Dwi Hatmoko;
- Tri (anak ketiga), contohnya: Triwibowo, Triningsih;
- Catur (anak keempat): Catur Atmojo;
- Panca (anak kelima): Poncosutowo, Poncorini;
- Sad (anak keenam): Sadirin, Sadmoko;
- Sapto (anak ketujuh): Sapto Rahadjo, Sapto Hudoyo dan sebagainya.
Kelompok
lainnya menurut Reeve adalah nam-nama yang menggunakan hitungan hari seperti :
Legiman (Legi), Poniman (Pon), Wagimin (Wage), Tukliwon (Kliwon). Ada juga yang
mengadopsi nama-nama tokoh pewayangan seperti: Herjono, Bambang Permadi (tokoh
Arjuno/Permadi), Bimo Prasetyo (Bimo), Ari Sudewo (Sudewo) dan sebagainya.
Nama Global
Di
era globalisasi, nama-nama global menurut penulis bakal mengisi dan
menggantikan nama-nama tradisional di masyarakat. Momentum terjadi di kancah
nasional atau dunia turut mempengaruhi perubahan nama-nama di masyarakat. Panggung
perhelatan Piala Dunia atau Piala Eropa contohnya dapat mempengaruhi keluarga
pecinta sepak bola memberi nama anak-anaknya sesuai dengan bintang lapangan
pujaannya.
Pada Piala Eropa 2012 lalu, nama-nama bintang lapangan mungkin saja
diadopsi oleh penggila sepak bola, seperti: Iker Casilas, Fernando Torres,
David Villa (Spanyol), Gianluigi Buffon (Italia), Cristiano Ronaldo (Portugis),
Lukas Podolski, Jeronimo Cacau (Jerman) atau Mark Van Bommel dan Wesley
Sneidjer (Belanda).
Begitu
pula nama-nama selebriti kesohor sangat mungkin diadopsi masyarakat, terutama
oleh keluarga muda, seperti : Dude Herlino, Adam Jordan, Ariel, Julia Perez,
Luna Maya, Naysila dan sebagainya. Melihat fenomena ini, janganlah heran jika
cucu laki-laki Nini Utih yang tinggal di “mumunggang” gunung diberi nama Mesut
Ozil dan cucu perempuannya Manohara karena ayahnya fans berat tim Panser dan ibunya
pengagum artis Manohara.
Dwilingga
Pada
paparan terakhir, penulis menyoroti penggunaan dwilingga (pengulangan) pada
nama-nama digunakan di masyarakat Sunda. Penggunaan dwilingga kata depan
merupakan hal umum, seperti: Maman Suparman, Idah Rosyidah, Yati Rohayati,
Yuyun Yunengsih, Dani Ramdani atau Yani Mulyani.
Meskipun sudah menjadi tradisi
dalam adat Sunda, penulis tidak merekomendasikan nama-nama Iwa, Oman, Anda atau
Ali kemudian didwilinggakan menjadi: Iwa Sugriwa, Oman Hanoman, Anda Anggada
atau Ali Subali. Mengapa?
Berdasarkan
cerita Ramayana yang dilakonkan oleh Ki Dalang, nama Sugriwa, Hanoman, Anggada
atau Subali bukanlah nama tokoh manusia tampan gagah perkasa, tetapi merupakan
golongan “wanara”. Atau supaya gagah, gaul dan cantik, nama anak laki-laki Anda
diberi nama “Raflesia Arnoldi” dan nama anak perempuan Anda diberi nama “Hernia”.
Kalau paham makna nama “Raflesia Arnoldi” merupakan sejenis bunga yang mengeluarkan
bau bangkai dan suka dikerubuti lalat, sedangkan nama “Hernia” yaitu sejenis penyakit
kelamin yang sering diderita oleh kaum pria, pasti Anda tidak akan tergoda
menggunakan nama-nama yang selintas menarik itu, bukan?
Jadi
jelaslah bahwa nama memiliki makna yang sangat penting. Bagi kaum Muslimin,
selain sebagai identitas diri, nama anak seyogianya indah, baik dan berisi
untaian do’a. ungkapan yang dikemukakan oleh Shakespeare dalam kasus ini tentu
tidaklah cocok.
Nama itu sangat penting, karena nama merupakan sebuah identitas. Alhamdulillah sy mengamalkan bagaimana cara memberikan nama kepada anak.
ReplyDeleteArtikelnya bagus dan sangat bermanfaat Gan. Terima kasih
Nama itu adalah sebuah doa serta harapan orang tua. Semoga kelak anak tersebut sesuai dengan nama yang disematkan nya
DeleteWaaah namaku apa dong artinya mas hahaha....Sri Wahyuni menganut Dwi lingga. Tapi bagaimana pun juga orang tua memberikan nama kepada anaknya pasti berharap anaknya akan tumbuh menjadi pribadi yang baik. Mengandung doa dan rezeki meski aku hrs menerjemahkan lain perihal namaku. Sri ibarat Dewi padi. Sementara Wahyuni adalah Wahyu dari Allah.... begitulah kira-kira hahaha....
ReplyDeleteKurang lebih seperti itu artinya mbak. Semoga menjadi Dewi kemakmuran baik di keluarga maupun masyarakat ya mbak..
Delete