Tanpa Insiden, Akhirnya Satria-1 Tiba di Titik Orbit dan Siap Beroperasi
Sebagai negara kepulauan yang memiliki keanekaragaman budaya pada sebagian wilayahnya terutama di daerah pedalaman, sebagian warganya belum dapat menikmati layanan internet yang stabil. Kondisi geografis pun menjadi kendala utama dalam penyediaan jaringan teresterial sehingga belum merata seluruhnya.
Rendahnya konektivitas internet yang diterima oleh masyarakat di pedalaman sangat jauh berbeda dengan masyarakat yang berada di perkotaan. Hal tersebut menjadi hambatan pemerintah Indonesia dalam memberikan pelayanan terbaik pada rakyatnya.
Mengenal Satelit Republik Indonesia (Satria-1)
Melihat kondisi demikian, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Komunikasi dan Informasi terus berupaya melakukan pemerataan dalam hal teknologi digital, termasuk membangun menara-menara pemancar di daratan, menyambung kabel-kabel cahaya di dasar lautan hingga meluncurkan teknologi satelit internet demi pemerataan konektivitas internet.
Apa itu Satria-1?
Salah satu proyek teknologi satelit internet yang saat ini sedang pemerintah kerjakan yakni proyek SATRIA (Satelit Republik Indonesia). Satria-1 merupakan bentuk upaya pemerintah dalam hal ini Kemenkominfo dalam menuntaskan konektivitas pada layanan publik pemerintahan di seluruh wilayah Indonesia.
Proyek KPBU Satelit Multifungsi ini memfokuskan pada layanan publik pendidikan, pemerintah daerah, administrasi pertahanan keamanan, dan fasilitas kesehatan di seluruh wilayah Indonesia terutama di daerah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar (3T) dan Perbatasan.
Seperti yang tercantum dalam Perpres No 56 Tahun 2018 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional, proyek satelit multifungsi Satria-1 merupakan inisiasi dari Kementerian Komunikasi dan Informatika, dan telah dimasukkan dalam daftar Proyek Strategis Nasional (PSN).
Pada 26 April 2019, BAKTI Kominfo telah melaksanakan proses pelelangan pengadaan Badan Usaha Pelaksana Proyek Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha Satelit Multifungsi (Proyek KPBU Satelit Multifungsi) dengan menetapkan Konsorsium PSN sebagai pemenangnya.
Persiapan Peluncuran Satelit Satria-1
Satelit yang dibangun di Thales Alenia Space, Prancis ini dikirim melalui moda transportasi laut selama 17 hari dari Cannes, Perancis, Satria-1 telah berada di Payload Processing Facility SpaceX di Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat.
Selama di Florida, Satria-1 tengah menjalani serangkaian persiapan, termasuk pemasangan rocket adapter dan fairing atau penutup satelit pada roket peluncur. Kemudian, pada tanggal 15 hingga 16 Juni 2023, fairing yang berisi satelit akan diintegrasikan dengan roket peluncur yang terdiri dari Stage 1 dan Stage 2.
Setelah selesai, roket akan dipindahkan dari hangar menuju launchpad. Hitungan mundur waktu peluncuran akan dimulai 4 jam sebelum peluncuran dan komputer akan mengambil alih proses peluncuran 60 detik sebelumnya.
Tepat pada hari Minggu, 18 Juni waktu Florida Amerika Serikat atau hari Senin 19 Juni 2023 pukul 05.59 WIB, Satria-1 resmi diluncurkan menggunakan Roket Falcon 9 milik SpaceX dari Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat dan berhasil menempati orbit 146 derajat Bujur Timur.
Tanpa Insiden, Satria-1 Tiba di Titik Orbit
Dalam siaran langsung peluncuran satelit melalui kanal YouTube Kementerian Komunikasi dan Informatika, proses peluncuran burung besi ke angkasa tersebut berlangsung mulus tanpa insiden sedikit pun.
Satelit internet pertama Indonesia berteknologi HTS (High Throughput Satellite) dengan kapasitas throughput 150 miliar bit per second (Gbps) ini baru bisa digunakan di awal tahun 2024 karena harus menjalani berbagai tes seluruh sistem.
Satria-1 akan melakukan EOR (Electric Orbit Raising) selama kurang lebih 145 hari sejak peluncuran hingga sampai di titik orbit 146 Bujur Timur. Untuk memastikan bekerja optimal, Satria-1 akan menjalani serangkaian tes, diantaranya tes In Orbit Testing (IOT), In-Orbit Acceptance Review (IOAR), dan End-to-End Test (E2E Test).
Satria-1 memiliki 11 Gateway yang tersebar di berbagai lokasi strategis di Indonesia, yaitu Cikarang, Batam, Banjarmasin, Tarakan, Pontianak, Kupang, Ambon, Manado, Manokwari, Timika, dan Jayapura, dan Gateway Cikarang akan menjadi lokasi Network Operation Control dan Stasiun Pusat Pengendali Satelit Primer.
Agar dapat beroperasi dengan sempurna, Satria-1 butuh waktu 145 hari semenjak peluncuran sampai di tempat orbit pada bulan November akan dilakukan pengetesan seluruh sistemnya dan mulai dapat digunakan layanannya pada bulan Januari 2024 dengan masa tugas hingga 15 tahun.
Kesimpulan
Satelit internet dengan kapasitas terbesar di Asia dan kelima di dunia ini memanfaatkan konsep frequency reuse untuk efisiensi penggunaan frekuensi dan peningkatan kapasitas bandwidth dibandingkan dengan teknologi konvensional.
Baca juga:
Satelit multifungsi berteknologi VHTS (Very High Throughput Satellite) dengan frekuensi Ka-Band ini memiliki kapasitas internet mencapai 150 Mbps sehingga mampu menjangkau daerah terpencil dengan biaya layanan yang efisien dan waktu yang lebih cepat dibandingkan teknologi terestrial.
Rencananya pada minggu keempat Desember 2023, Satria-1 akan siap beroperasi dan terhubung dengan stasiun bumi serta siap untuk dihubungkan dengan Remote Terminal Ground Segment (RTGS) di lokasi layanan publik, dan awal Januari 2024 masyarakat Indonesia terutama yang berada di daerah terpencil akan menikmati layanan internet yang stabil.
Post a Comment
Mohon berikan komentar dengan bahasa yang santun sesuai dengan topik yang dibahas, tidak memasang link hidup, dan tidak meninggalkan spam!.
Terimakasih banyak atas perhatiannya.